Pages

Ads 468x60px

Karya#2 Siswa Sekolah Menulis

(PASAR: CERMINAN EKONOMI KERAKYATAN)
Pasar. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “pasar”? Kumuhkah? Atau penuh dengan umpatan tawar-menawar?

Pasar, identik dengan yang namanya pasar tradisional. Pasar tradisional biasa diidentikan dengan pasar yang kumuh, kotor, berantakan dan tidak beraturan. Sebagian besar bahkan sampai meluber ke jalanan. Sebagian orang bahkan lebih memilih ke swalayan untk berjualan daripada ke pasar tradisional.

Tidak banyak orang menyadari, bahwasanya pasar merupakan kehidupan bagi banyak orang. Jika saja semua dari kita berpikir, ketika kita membeli di pasar, berapa orang yang bisa kita bantu? Berapa banyak orang yang merasa senang ketika kita disana? Ketika kita membeli di pasar, banyak pilihan yang bisa kita dapat yang tidak kalah menarik dan berkualitas ketika kita berbelanja di swalayan. Ketika kita membeli keperluan di pasar, akan banyak pedagang –yang notabene merupakan pencari nafkah di pasar- mendapat penghasilannya.

Ketika mereka mendapatkan penghasilan, keluarga merekalah yang juga mendapatkan efeknya. Dilihat dari sudut pandang lain, mereka para pedagang juga memberi kita banyak manfaat. Mulai dari memberikan banyak opsi jenis barang yang dapat kita dapatkan, opsi harga yang bisa kita dapatkan, sampai opsi barang substitusi yang bisa kita beli. Ketika kita berbelanja di swalayan, siapa yang kita untungkan? Bukankah hanya segelintir orang saja yang mempunyai modal, dalam hal ini kita sebut sebagai kaum kapitalis?

Swalayan memang semakin digemari oleh para konsumen terutama karena tempatnya yang dianggap lebih nyaman dan berkelas. Tapi lihatlah, kita tentunya tidak dapat melakukan tawar-menawar di swalayan. Padahal disebutkan dalam hukum ekonomi bahwa harga keseimbangan terjadi ketika titik penawaran bertemu dengan titik permintaan. Bukankah hukum itu akan tertepis ketika kita berbelanja di swalayan? Jadi, apakah hukum ekonomi tersebut salah? Tentu saja tidak ketika kita melakukan itu di pasar tradisional.
Banyak orang yang tentu menyadari akan hal itu, namun mereka tetap saja berdalih bahwa swalayan bagaimanapun lebih dari pasar tradisional. Padahal telah kita rasakan bahwa pasar-lah tiang dari ekonomi kerakyatan. Pasar, merupakan tempat dimana rakyat bisa melangsungkan kehidupannya. Bukankan tak berlebihan ketika pasar disebut sebagai cerminan ekonomi kerakyatan?

Tidak bisa dipungkiri memang pasar tradisional yang kita lihat sekarang notabene merupakan pasar yang tidak teratur dan mengganggu lalu lintas jalan raya. Padahal dengan menilik dari segi ekonomi kerakyatan, bukankan pasar menjadi tempat yang sangat strategis untuk menunjang kesejahteraan rakyat?
Harus ada langkah konkrit agar potensi ekonomi kerakyatan di dalam pasar tidak menguap begitu saja karena ada swalayan. Pasar tradisional sekarang haruslah dibenahi agar tidak tertinggal dengan semakin banyaknya pesaing (swalayan, mini market) yang semakin menjamur. Harus ada revitalisasi pasar dengan program-program menunjang didalamnya. Disini bisa kita artikan bahwa selain ada kegiatan yang lazim terjadi di pasar tradisional (tawar-menawar, dan lainnya), harus ada juga penertiban secara kontinu bagi pedagang yang meluber di jalanan. Dalam hal ini, bukan hanya pedagang di gusur, namun harus ada penyelesaian yang lebih bijak, contohnya memberikan lahan lain untuk mereka berjualan. Kebersihan dalam pasarpun harus selalu bisa terjaga. Ini bisa dilakukan dengan mengimbau seluruh warga pasar (pedagang dan pembeli) untuk sama-sama sadar akan kebersihan dalam pasar.

Selain itu bisa juga dengan mendatangkan petugas kebersihan khusus (semacam cleaning service) yang memang mereka dibayar khusus untuk menjaga kebersihan pasar. Disini ditekankan bahwa harus ada tanggung jawab dari pemerintah, yang juga turut mengatur kehidupan di dalam pasar tanpa menghilangkan hakikat pasar itu sendiri sebagai tempat jual beli dan tawar menawar. Dengan begitu pasar tradisional tetap bisa mempesona para konsumen, namun juga tak kehilangan karisma sebagai cerminan ekonomi kerakyatan.


Siti Sulastri
Pendidikan IPA 2010
FMIPA UNY
Sekaligus siswa School of Excellent Leader BEM FMIPA UNY 2012

Karya#1 Siswa Sekolah Menulis

(Pedagang di Pasar Tradisonal Tidak Lebih Buruk Dari Seorang PNS)

Pedagang yang setiap hari berjubel-jubel menjajakan dagangannya di pasar tradisional tidak lebih buruk dari seorang PNS. Memang secara status sosial, mereka dianggap lebih rendah dibadingkan dengan para PNS. Namun jika kita mau berpikir, pedagang justru membantu membangun ekonomi bangsa. Mereka termasuk pengusaha kecil dari sekian banyak pegusaha besar di Indonesia. Setidaknya mereka tidak menggantungkan kebutuhan hidup mereka dari gaji bulanan seperti PNS.

Perlu diketahui bahwa untuk membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 48 wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan, dibutuhkan minimal 2 persen pengusaha. Sedangkan di negara kita jumlah pengusaha hanya mencapai 0,24 persen. Bahkan belum ada 1 persen.

PNS hanya menunggu gaji bulanan dari pemerintah. Bekerja atau libur, sungguh-sungguh atau menyepelekan pekerjaan, gaji mereka tidak berkurang. Berbeda dengan para pedagang di pasar tradisional. Para pedagang tidak selamanya untung. Kadang mereka juga mengalami kerugian. Namun mereka tidak merasa kapok dengan tidak berjualan lagi. Mereka justru lebih berusaha agar dagangan mereka laku. Karena jika para pedagang atau pengusaha kecil di Indonesia cepat kapok jika mengalami kerugian, pasti di Negara kita ini akan semakin banyak pengangguran.

Tidak menutup kemungkinan pengusaha-pengusaha besar di Indonesia berasal dari pengusaha-pengusaha kecil seperti para pedagang di pasar tradisional. Menurut pengalaman para pengusaha yang sudah sukses, mereka tidak langsung menjadi pengusaha besar. Kebanyakan mereka merintis usaha dari nol. Sampai akhirnya bisa menjadi pengusaha sukses.

Selama ini, kita mengira bahwa lebih baik menjadi PNS agar kehidupan lebih sejahtera. Namun dengan begitu, jika semua warga Negara menjadi PNS, siapa yang akan mengisi kekurangan 1,76 persen kebutuhan penduduk di Indonesia sebagai pengusaha. Oleh karena itu, tidak sepantasnya jika ada penggusuran tempat untuk para pedagang menjajakan dagangannya. Jika hal itu terjadi, maka para pedagang tidak akan punya tempat untuk berjualan. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada keadaan ekonomi bangsa Indonesia.

By: Ani Rahma Dewi
Pendidikan Kimia 2011
sekaligus siswa School of Excellent Leader V BEM FMIPA 2012

New: PILAR di Kampus Biru FMIPA

"Penulis adalah pemimpin. Ia memimpin dengan ide dan pemikiran..."(Tinta Zaitun, 2009) "Menulis adalah suara nurani. 'Azzam (tekad) yang kuat adalah kekuatan untuk terus mengumandangkannya"(Aeny Zawa, 2009) "Tahukah kau mengapa aku sayangi kau dari siapa pun? KArena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari."(Pramoedya Ananta Toer) "Memang CITRA YANG SESUNGGUHNYA ADALAH KINERJA DAN PRESTASI, NAMUN KINERJA DAN PRESTASI TAKKAN MUNGKIN MENJADI CITRA TANPA PERANAN MEDIA. TANPA PERANAN MEDIA, KINERJA DAN PRESTASI LEMBAGA TAKKAN DIKETAHUI KHALAYAK LUAS." (Hendra Sugiantoro) Berbekal semangat berbagi, PILAR hadir ditengah sahabat semua. Menyapa lebih dekat. Menyapa lebih erat. Berbagi inspirasi dan informasi. "PILAR ada karena ada yang menulis".

EPS: Mengubah Dunia dengan Suara

Mengubah Dunia dengan Suara Change The World with Your Word itulah tema yang diangkat pada acara Excellent Public Speaking (EPS) (22/4) yang diselenggarakan oleh gabungan organisasi mahasiswa (ormawa) FMIPA, yaitu BEM FMIPA , Hima Fisika, Hima Matematika, Hima Kimia, Hima Biologi, UKMF Haska Jamaah Al Furqon, dan UKMF Sekrup, khususnya bidang Kaderisasi. Acara yang dihadiri oleh 155 peserta bertempat di Ruang Seminar Lantai 2 gedung FMIPA UNY. Peserta tidak hanya dari FMIPA, melainkan dari Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Bahasa dan Seni,dan Fakultas Ilmu Pendidikan. Selain dari berbagai fakultas, acara ini dihadiri pula oleh mahasiswa UGM dan UIN Sunan Kalijaga. Agenda ini merupakan hal yang baru dalam sejarah keormawaan FMIPA di mana tujuh dari 11 ormawa FMIPA bersama-sama menggawangi acara EPS yang spektakular. Event ini merupakan cara ormawa FMIPA mencetak sejarahnya dengan karya kolektif. Avi Raharjo, selaku Ketua BEM FMIPA menyatakan, “Amalan atau kerja-kerja kolektif akan menimbulkan dampak yang besar. Kali ini ormawa FMIPA mencetak sejarah dengan amal kolektif, yang kedepannya akan mendatangkan dampak yang besar. Karya kolektif ini juga merupakan representasi jargon ormawa FMIPA 2012: Bangkit, Bersatu, Bergerak Maju!”. “Bapak Hartono selaku Dekan FMIPA menyampaikan bahwa EPS adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Dari EPS ini harapannya mahasiswa bisa memiliki skill public speaking yang baik. EPS ini adalah pemantik dan silakan diadakan follow up dalam kehidupan sehari-hari”, terang Rina Yuliana SC panitia EPS saat menyimak sambutan. Di lain kesempatan, Moh. Rifki Taufik dengan semangatnya menyampaikan jargon EPS,” Get Up, Show Up, and Speak Now. EPS: Luar Biasa! Dapat membimbing mahasiswa berani tampil di publik dengan harapan dapat membuat perubahan di masyarakat, dan akhirnya dunia. Di sesi terakhir juga akan diberikan materi tentang lobbying atau kehumasan”. Ketua Panitia EPS, Moh. Jaka Perdana menguatkan tujuan dan manfaat dari agenda EPS, “Tujuan dari EPS adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam public speaking yang nantinya akan berguna saat microteching dan saat meyakinkan orang lain, misalnya pada saat melamar pekerjaan”. Dari peserta pun mengungkapkan betapa pentingnya EPS ini, “EPS ini menarik, pembicaranya bagus, punya banyak pengalaman. Acara ini juga penting bagi saya yang nantinya akan menjadi guru untuk latihan berbicara”, papar Purwoko Hariadi Santoso, Mahasiswa Pendidikan Fisika 2011. Di lain tempat, Aisyah (Biologi 2010, UGM)juga berharap, "semoga EPS bermanfaat". Dikuatkan oleh Umi Khusnul Khotimah (Mahasiswa Jurusan Akidah 2011, UIN Sunan KAlijaga), "EPS sangat menyenangkan, keren banget, sangat bermanfaat untuk diaplikasikan di kelas".

Launching 5 Lokus Karya

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

Bangkit, Bersatu, Bergerak Maju!

Selamat datang di blog BEM FMIPA UNY

Blog ini berisi tentang Kabinet GEMPITA dengan action-actionnya